Semuanya bermula dari rasa rindu — rindu akan musik yang menenangkan jiwa, bukan sekadar menghibur telinga. Di tengah derasnya arus musik modern, mereka ingin menghadirkan sesuatu yang lebih bermakna. Sebuah karya yang mampu mengetuk hati, bukan hanya menggoyang kepala.

Maka, mereka memilih jalan acapela. Seni menyatukan suara tanpa alat musik — di mana setiap nada, beat, dan harmoni lahir langsung dari suara manusia. Tidak mudah memang, tapi justru di situlah keindahannya.

Setiap latihan menjadi proses menemukan keselarasan, bukan hanya dalam nada, tapi juga dalam niat.
Mereka belajar bahwa harmoni sejati tidak lahir dari kesempurnaan suara, tapi dari ketulusan hati yang bersatu.

Nama “Musafa” lahir dari sebuah perenungan panjang. Terinspirasi dari kata “Mustafa” — yang berarti yang terpilih. Bukan karena merasa lebih baik, tapi karena mereka ingin menjadi “yang terpilih untuk menyebarkan kebaikan.”

Nama itu menjadi pengingat, bahwa setiap langkah, setiap nada, dan setiap penampilan harus dilandasi dengan keikhlasan dan niat dakwah. Musafa bukan hanya sekumpulan penyanyi — mereka adalah penyampai pesan, melalui media suara dan rasa.

Perjalanan Musafa dimulai dari panggung kecil di Semarang — acara kampus, pengajian, hingga festival nasyid. Satu per satu, penampilan mereka mulai dikenal. Bukan karena gemerlapnya panggung, tapi karena ketulusan yang terasa di setiap harmoni.

Masyarakat mulai mengenal gaya khas Musafa :
tanpa alat musik, tapi tetap berenergi dan penuh makna. Mereka menghadirkan nuansa baru dalam dunia nasyid — lebih modern, lebih segar, tapi tetap menjaga nilai-nilai islami. Seiring waktu, mereka menulis dan merekam karya-karya orisinal.

Kini, Musafa telah tumbuh menjadi lebih dari sekadar grup acapela. Mereka adalah komunitas, saudara, dan keluarga yang disatukan oleh misi yang sama : menyebarkan kebaikan lewat seni suara.

Namun, mereka percaya — perjalanan ini baru saja dimulai.
Masih banyak pesan yang ingin disampaikan, masih banyak hati yang ingin mereka sentuh.

Di setiap panggung yang mereka tapaki, di setiap lagu yang mereka nyanyikan, Musafa selalu membawa doa yang sama.